Monday, 5 October 2015

“Ramadhan” atau “Syahru Ramadhan”?

Teringat ketika masih nyantri di Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang, Sang pengasuh Prof. DR. Kh. Achmad Muhdlor, S.H. Allahummagfir lahu, pernah dawuh, “Ramadhan ismun min ismillahi ta’ala” ramadhan adalah salah satu nama Allah, oleh karena itu ‘Lebih Baik’ untuk tidak mengucapkan “Marhaban Ya Ramadhan”, yang lebih benar Adalah “Marhaban Ya Syahra Ramadhan”. Ternyata belakangan baru tahu ternyata yang di jadikan dasar abah adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu.
لا تقولوا رمضان، فإن رمضان اسم من أسماء الله تعالى، ولكن قولوا شهر رمضان
“Jangan kalian katakan “Ramadhan” karena sesungguhnya Ramadhan adalah salah satu dari nama-nama Allah ta’ala. Akan tetapi katakanlah: “bulan Ramadhan.”
Atas dasar inilah Sebagian ulama memakruhkan kita untuk menyebut kata “Ramadhan” tanpa menyebut kata “bulan”. Mereka mengatakan kita harus menyebut “bulan Ramadhan” dan tidak boleh menyebut “Ramadhan”. Memang tidak sedikit ulama yang melemahkan (mendlo’ifkan) hadits tersebut, bahkan memauqufkannya. Tapi untuk saya pribadi (sebagai alumni/ahlul ma’had LTPLM) pedoman yang di pakai adalah “ ‘Indana Kullu Hadistin Shohihun”. Tapi perlu di garis bawahi, ada pula pendapat lain yang mengatakan “Ramadhan” bukanlah “Ismun Min Ismillah”, sehingga tetep sah-sah saja mengucapkan “Marhaban ya Ramadhan” (tanpa Syahr). Seperti dalam kitab Hawaasyi as-syarwaany III/371:

( لأن وضع اسمه الخ ) عبارة المغني والنهاية لأن العرب لما أرادت أن تضع أسماء الشهور وافق أن الشهر المذكور كان في شدة الحر فسمي بذلك كما سمي الربيعان لموافقتهما زمن الربيع اه قوله ( وكذا في بقية الشهور ) عبارة المصباح في مادة ج م د ويحكى أن العرب حين وضعت الشهور وافق الوضع الأزمنة فاشتق للشهور معان من تلك الأزمنة ثم كثر حتى استعملوها في الأهلة وإن لم توافق ذلك الزمان فقالوا رمضان لما ارمضت الأرض من شدة الحر وشوال لما شالت الإبل بأذنابها للظروف وذو القعدة لما ذللوا القعدان للركوب وذو الحجة لما حجوا والمحرم لما حرموا القتال أو التجارة والصفر لما غزوا وتركوا ديار القوم صفرا وشهر ربيع لما أربعت الأرض وأمرعت وجمادى لما جمد الماء ورجب لما رجبوا الشجر وشعبان لما أشعبوا مثل العود انتهت اه ع ش

Keterangan dalam kitab alMughni dan an-Nihaayah “karena kebiasaan orang arab saat menamai bulan disesuaikan dengan keadaan zamannya, mereka menamai ramadhan karena bulan ini bertepatan dengan masa terik panas seperti mereka menamai dua bulan robii’ (robiiul awal dan robii’us tsani) karena bertepatan dengan musim semi, begitu juga bulan-bulan lain meskipun kenyataannya pada musim-musim tertentu tidak sesuai dengan apa yang mereka namai.
1. Ramadhan = saat bumi terbakar karena panas yang terik
2. Syawwal = saat unta menaikkan ekornya pada wadah
3. Dzul Qa’dah = saat merendahkan kendaran untuk dinaiki
4. Dzul hijjah = saat menjalani haji
5. Muharram = saat diharamkan peperangan atau niaga
6. Shofar = saat orang arab meninggalkan rumah mereka dalam keadaan kosong
7. dan 8. Robii’ (awal dan tsani) = saat musim semi
9 dan 10. Jumada (ula dan tsani) = saat air membeku
11. Rojab = saat pepohonan berduri
12. Sya’ban = saat mereka meninggalkan untuk selama-lamanya seperti kembali

#PerbedaanItuIndah

No comments:

Post a Comment