Monday, 5 October 2015

Kontroversi Doa Buka Puasa

Jujur, selama ini (mulai kecil) ketika buka puasa ya baca doanya pake:
اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْت
Baru setelah hidup di lamongan, nemuin redaksi doa berbuka baru, yaitu:
اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَبِكَ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ. ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شاءَ اللهُ.
Kemaren ada temen yang nanya, doa puasa yang bener yang mana, karena katanya ada (banyak) tulisan yang mengatakan doa pake “Allahumma Laka Shumtu... dst” tidak ada dalilnya atau ndak ada dlm kitab hadits manapun. Yang benar seharusnya:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Menurutq Tidaklah benar jika ada yang ngomong bahwa doa berbuka puasa dengan lafazh“allahuma laka shumtu dst”  tidak terdapat dalam kitab hadits mana pun. Dalam kitab Al Adzkar An Nawawiyyah karya Imam Nawawi, disebutkan bahwa doa tersebut diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud secara mursal dari Mu’adz bin Zuhrah. Alhamdulillah di LTPLM (Lembaga Tinggi Pesantren Luhur) sudah pernah ngaji kitabnya. Dari sini statemen itu sudah “Terbantahkan” (sok yes),
Dalam kitab hadits Sunan Abu Dawud. Juga ada riwayat:
حدثنا مسدد، ثنا هشيم، عن حصين، عن معاذ بن زهرة أنه بلغه أن النبي صلى اللّه عليه وسلم كان إذا أفطر قال اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت
Mungkin yang di maksud bukan tidak ada dalam kitab manapun, tapi yang pake “allahumma laka shumtu dst” derajat haditsnya dlo’if. Karena memang dalam Adzkar An Nawawiyyah sendiri di sebut sebagai hadits “Mursal”. karena Mu’adz bin (Abi) Zur’ah seorang Tabi’in bukan shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (hadits Mursal: seorang tabi’in meriwayatkan langsung dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanpa perantara shahabat).
Tapi juga perlu di ketahui meskipun hadits Abu Dawud yang mengandung doa “allahumma laka shumtu” hadits mursal, tapi hadits ini bukanlah hadits yang lemah. Karena hadits mursal menurut tiga imam mazhab adalah hadits yang dapat dijadikan hujjah. (g percoyo yo wes).
So, tidak diketahuinya nama shahabat tidaklah menjadi masalah, sehingga haditsnya tidak dapat dilemahkan hanya karena tidak disebutnya nama shahabat oleh Mu’adz bin Zuhrah. Pensyarah kitab Sunan Abu Dawud, yakni Syeikh Muhammad Muhammad Khathab As Subki, berkata dalam kitabnya Al Manhal Al ‘Adzb Al Maurud Syarh Sunan Abi Dawud :
لم يعرف الواسطة بينه وبين النبي صلى الله تعالى عليه وعلى اله وسلم، وجهالة الصحابة لا تضر(و في هذا) دلالة على مشروعية هذا القول بعد الفطر من الصيام

“Tidak diketahui siapakah shahabat yang menjadi perantara antara dia [Mu’adz bin Zuhrah] dengan Nabi SAW, namun ketidaktahuan dalam hal [siapa] shahabat ini tidaklah membahayakan…(Dan dalam hadits ini) terdapat dalil mengenai pensyariatan doa ini [allahumma laka shumtu dst] setelah berbuka dari puasa.”
Kesimpulan:
Kurang tepat jika doa pake “Allahumma laka Shumtu dst” di katakan tidak berdasar, apalagi di nilai tidak benar. Dikatakan dlo’if pun agak kurang pas. Apalagi cuma sekedar pengen tampil beda, sehingga nyalah2in yang pake “Allahumma laka Shumtu”. Hemmm...jaman akhir. Cuma masalah redaksi do’a aja nyalah2in(mara’ne bingung umat), lawong setiap permintaan pada yang maha kuasa bisa di katakan doa walau tidak pake bahasa arab. Cuma bedanya doa ma’tsurat dan tidak. Doa pake redaksi apapun saya kira tetep masuk dalam dalil umum kesunnahan berdoa. (tiga orang yang doanya tidak tertolak,pemimpin adil, orang puasa, dan orang terdzolimiau kama qaal, Bedanya Cuma doa ma’tsur dan tidak. (titik)
Kalo saya sendiri lebih condong pake redaksi yang saya dapat di lamongan (melu yai), setelah tak cari ternyata yai saya ambil dari kitab “iqna’ karangan Syekh Sulaiman Buajairami”, maklum, bukan ahli hadits. Melu ulama’ ae. Saranq ya pake ini aja, lengkapnya:
اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَبِكَ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ. ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ العُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شاءَ اللهُ. يا وَاسِعَ الفَضْلِ اِغْفِرْ لِي الحَمْدُ لِلهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ، وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ. 

Wallahu a’lam. . . . .

No comments:

Post a Comment